Rabu, 28 Oktober 2015

Cintai para pewaris Nabi SAW

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Habib Umar bin Hafidz:

Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah swt ,orang-orang yang cahayanya berkilauan.

Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah saw) bersabda, “Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat Nabi SAW.
Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang Nabi SAW dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan Nabi SAW. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau saw, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya. Merekalah pemegang sir setelah Nabi.
Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.

Jumat, 23 Oktober 2015

Akhirnya Jenggot Pendiri NU Dicukur JIN

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyampaikan sambutan dalam Kirab Hari Santri Nasional digelar di Tugu Proklamasi, Jalan Raya Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (22/10). (foto: liputan6.com)

Kirab Hari Santri Nasional digelar di Tugu Proklamasi, Jalan Raya Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (22/10). Meskipun ada pro kontra terkait penyelenggaraan Hari Santri Nasional tetap berjalan dengan mengundang ribuan jemaah umat Islam.

Hadir dalam penyelenggaraan itu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, dan sejumlah tokoh agama dari berbagai organisasi masyarakat (Ormas) Islam.

Dalam kesempatan itu, Jenderal Gatot menyampaikan pesan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia pada masa perjuangan tidak lepas dari peran para ulama, jauh sebelum lahirnya TNI. Sementara Ketua PBNU Said Aqil mengatakan meski Hari Santri Nasional penuh dengan pro dan kontra, tidak berpengaruh pada penyelenggaraan acara.

Sekitar 50 rombongan Kirab Hari Santri Nasional dan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) tiba di Tugu Proklamasi untuk menghadiri peringatan Hari Santri Nasional yang disambut oleh ribuan pelajar serta santri dari pondok pesantren dari berbagai wilayah di Jakarta dan sekitarnya.

JENGGOT KYAI HASYIM

Usai acara, masyarakat dikejutkan dengan beredarnya foto Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Kirab Hari Santri Nasional tadi. Pasalnya, ada yang janggal dalam foto pendiri NU tersebut. Foto ukuran besar KH. Hasyim Asy’ari yang dijadikan backdrop acara terlihat tidak berjenggot, seolah habis dicukur bersih. Padahal pada foto aslinya yang sudah masyhur, Kyai Hasyim nampak menggenakan jenggot.

Tak pelak, hal ini langsung menimbulkan gelombang protes. Mereka yang tidak terima, menuding panitia telah berbuat kurang ajar kepada Kyai Hasyim. Sebagian lagi mengait-kaitkannya dengan ucapan Said Aqil beberapa waktu lalu soal jenggot.

Pada sebuah rekaman yang beredar di Youtube beberapa waktu lalu, Said Aqil mengatakan bahwa jenggot akan membuat seseorang menjadi goblok. Makin panjang jenggot seseorang, maka makin goblok, katanya dalam rekaman itu.

Muncul dugaan, panitia acara sengaja menampilkan foto Kyai Hasyim Asy’ari yang sudah “dicukur” untuk menyesuaikan dengan pendapat dan sikap Said Aqil yang anti jenggot. Tentu saja, hal ini masih perlu dikonfirmasi kepada panitia.

Jangan-jangan jenggot Sang Kyai dicukur JIN (Jemaat Islam Nusantara) alias ANUS (Aliran Nusantara) … ???

Wallahu a’lam.

Minggu, 18 Oktober 2015

Masya Allah, Meski Tengah Menderita, Warga Gaza Kirim Bantuan Puluhan Juta untuk Korban Asap di Riau

Masya Allah. Lagi-lagi dibuat malu oleh penduduk Gaza. Meski tengah menderita oleh kepungan Zionis Israel, kehilangan rumah dan bahkan sanak saudara, ternyata tak membuat mereka lupa dengan saudaranya se-akidah di belahan dunia lainnya.

Seperti dilansir riauposting, warga Gaza-Palestina memberikan bantuan dana sebesar 50 juta rupiah untuk warga Riau yang saat ini tengah dikepung bencana kabut asap yang kian parah.

Bantuan tersebut disalurkan melalui Sahabat Al-Aqsha (Jaringan Silaturrahim Keluarga Indonesia-Palestina) dan Al-Sarraa Foundation langsung dari Gaza Palestina.

Koordinator Sahabat Al-Aqsha Provinsi Riau Idris Ahmad menyebutkan jika bantuan tersebut merupakan bentuk kepedulian sesama Muslim atas musibah yang menimpa saudaranya.

“Kami mendapatkan amanah untuk menyalurkan bantuan bagi korban asap di Pekanbaru, Riau senilai Rp50.000.000 dari keluarga kita di Gaza, Palestina. Bantuan kami sampaikan dalam bentuk unit air purifier (alat penjernih udara) yang akan diserahkan kepada keluarga para dai dan asatidz, pegiat dakwah dan panti asuhan, khususnya yang memiliki bayi dan balita,” ujar Idris Ahmad.

Bantuan itu diterima secara simbolis Sabtu Subuh (17/10/2015) oleh Ustadz Abdul Shomad, Lc. MA kepada Ustadz Muslih, mewakili keluarga asatidz Pondok Pesantren Al-Quran Was-Sunnah, Okura, Rumbai di Masjid Al-Falah Darul Muttaqin Pekanbaru. [riauposting/islamedia]

Jumat, 16 Oktober 2015

Megawati Diterima Secara Khusus oleh Sekjen Partai Komunis China.

Beijing - Mantan Presiden sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri diterima secara khusus oleh Sekjen Partai Komunis yang sekaligus Presiden China  Xi Jinping seusai menghadiri diskusi Konferensi Khusus Partai-Partai Politik Asia tentang Jalur Sutra di Beijing, Kamis (15/10).

Ketua Bidang Kelautan dan Perikanan DPP PDIP Rokhmin Dahuri menyebut, pertemuan kedua pemimpin parpol berkuasa itu mencerminkan kuatnya hubungan kedua bangsa.

Bahkan, kata Rokhmin, di tingkat partai, PDIP dan Partai Komunis China juga memiliki sejarah kerja sama yang baik terlebih sejak nota kesepahaman ditandatangani kedua pihak pada 2006 lalu.

Seusai diterima Presiden Xi Jinping, Megawati dan rombongan bertolak ke Korea Selatan untuk menghadiri penganugerahan doktor kehormatan (DHC) bidang politik dan demokrasi dari Universitas Maritim dan Kelautan Korea (KMOU) dan acara silaturahim dengan masyarakat Indonesia di Busan, katanya.

"Agenda lain Ibu Mega selama di Korea Selatan adalah menghadiri peresmian Taman Megawati di Pulau Jeju. Taman yang proses pembangunannya sudah berlangsung sejak 2013 itu didanai The WE Hotel dan Halla Hospital di Provinsi Pulau Jeju karena pemilik hotel dan rumah sakit itu kebeutulan adalah pengagum Ibu Mega," katanya.

Sebelumnya, saat berbicara pada sesi diskusi Konferensi Khusus Partai-Partai Politik Asia tentang Jalur Sutra, Kamis pagi, Megawati mendorong para anggota Konferensi Internasional Partai-Partai Politik Asia (ICAPP) berkontribusi aktif dalam upaya mencari penyelesaian atas berbagai persoalan regional dan global.

"Konferensi Internasional Partai-Partai Politik Asia (ICAPP) perlu merespons berbagai masalah penting seperti pemanasan global, ketegangan di Laut China Selatan dan konflik Timur Tengah, termasuk soal ISIS," katanya.

Fatwa Pendeta Yahudi : Membunuh Pejuang Palestina Kewajiban Agama

Al Quds (SI Online) - Sebuah media Israel mengungkapkan fatwa yang dikeluarkan oleh pendeta yahudi yang memerintahkan untuk membunuh pejuang perlawanan Palestina, dan tidak membiarkan mereka hidup, serta membunuh mereka merupakan kewajiban agama.

Situs informasi Israel “Wa La” edisi Kamis (15/10) menyebut bahwa fatwa sebagai jawaban atas sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada sejumlah pendeta yahudi yang dikenal ekstrimis dan rasial terhadap bangsa arab, seputar bagaimana memperlakukan pelaku penyerangan setelah ditangkap.

Menurut situs tersebut, seorang yahudi bertanya kepada pendeta Ben Tzion Motsavi, bolehkah memukul atau membunuh orang yang membahayakan setelah ditangkap?

Pendeta Motsavi menjawab, “Bukan sekedar dibolehkan, tetapi merupakan kewajiban agama, memegang kepala dan memukulnya sampai mati.”

Motsavi menyayangkan jawaban yang diberikan pendeta David Stav yang melarang membunuh pelaku setelah terluka atau ketika sudah tidak membahayakan.

Motsavi menyatakan, “Jangan dengarkan penjelasan Stav, karena orang yang berbaik hati kepada pelaku kekerasan, akan berakibat buruk.”

Sementara itu pendeta yahudi kota Shafd “Samuel Elyaho” menyerukan untuk menerapkan sanksi kepada segenap anggota kepolisian dan tentara Israel yang membiarkan hidup para pelaku kekerasan dari pihak Palestina, usai mereka ditangkap.

Di laman facebooknya, Elyaho menulis larangan membiarkan hidup pelaku penyerangan, yang dikhawatirkan jika bebas akan membunuh lainnya.

Sumber : http://m.suara-islam.com/mobile/detail/15844/Fatwa-Pendeta-Yahudi---Membunuh-Pejuang-Palestina-Kewajiban-Agama

Kamis, 15 Oktober 2015

LAPORAN TIM INVESTIGASI FPI ACEH

[1]. Singkil adalah kabupaten baru, pemekaran dari kabupaten Aceh Selatan pada 2 April 1999.

[2]. Nama Singkil berasal dari nama ulama yang berdakwah pada abad 16, syech Abdurrauf Assingkili.

[3]. Kristen masuk ke Singkil tahun 1930, melalui penginjil yang berasal dari Salak Pakpak Barat bernama pendeta I. W. Banurea.

[4]. Bekerjasama dengan perusahaan perkebunan Socfindo, gereja banyak didirikan untuk karyawan yang berasal dari Pakpak.

[5]. Tahun 1968, saat Teungku Daud Beureu'eh sebagai Gubernur Militer, sempat mendatangi Kecamatan Lipat Kajang dan Desa Rimo, meminta gereja-gereja ditutup karena Aceh Daerah Istimewa Syariat Islam.

[6]. Tahun 1979, penginjil dari Gereja Tuhan Indonesia mendirikan gereja di desa Gunung Meriah, hal ini menimbulkan reaksi masyarakat.

[7]. Tanggal 11 Juli  1979, di Lipat Kajang, ditanda tangani perjanjian antara 8 ulama dan 8 pengurus gereja, bahwa gereja tidak akan didirikan kecuali dengan izin Pemda, dan tanggal 13 Oktober 1979 dilakukan ikrar perjanjian tersebut oleh masing-masing 11 orang perwakilan Islam dan Kristen yang juga ditanda tangani Pemda Aceh Selatan waktu itu.

[8]. Perjanjian tersebut terus dilanggar oleh pihak Kristen.

[9]. Oktober 2011, kembali dibuat perjanjian, bahwa gereja yang berizin hanya 1 unit di Kuta Kerangan, Undung-Undung 4 unit, di Gampong Keras, Gampong Napagaluh, Gampong Suka Makmur dan Gampong Lae Gecih, selain itu harus dibongkar.

[10]. Perjanjian ini tidak diindahkan, kenyataan berdiri 20 gereja, dengan tidak melalui prosedur sesuai dengan ketentuan PBM Menteri Agama dan Mendagri No. 8/9 Thn. 2006, Qanun Kabupaten Aceh Singkil No. 7 Thn. 2002.

[11]. Jemaat gereja adalah dari Luaq Kabupaten Singkil.

[12]. 20 September 2011, masyarakat mendatangi kantor Pemda, dan diterima oleh Assisten I, Drs. Azmil meyampaikan data banyaknya gereja liar tak berizin, dan Pemkab Singkil akan melakukan penertiban.

[13]. Juni 2012, di Singkil beredar luas buku tanpa penerbit yg berisi penghinaan pada ajaran Islam.

[14]. Atas kejadian tersebut, umat Islam yang mempersoalkan malah mendapat intimidasi.

[15] Intimidasi dan tekanan terhadap umat Islam terus terjadi, hingga akhirnya meledak menjadi peristiwa 13 Oktober 2015.

[16] Peristiwa di Singkil tersebut secara cepat dimanfaatkan dan diekploitasi oleh media sekuler dan aktivis liberal serta aktivis gereja untuk mencabut PBM MENAG & MENDAGRI NO 8/9 THN. 2006, dan melakukan kampanye negatif terhadap Islam.

[17]. Dari perspektif intelijen, terlihat jelas adanya operasi intelijen Asing untuk mengekploitasi konflik agama di satu sisi dan memunculkan indegenous people (masyarakat asli/adat) di sisi lain.

[18]. Di Singkil yang diangkat intoleransi umat Islam, di Tolikara diangkat hak masyarakat adat untuk mengatur daerahnya.

[19] Dalam dokumen Global Trend 2015 dan dokumen gelar pasukan  oleh SOCOM (South Ocean Command), keduanya adalah dokumen resmi pemerintah Amerika, jelas sekali issue hak adat dan 4 titik konflik 1 issue intoleran (Aceh, Papua, Kalimantan, Ambon, Bali) akan di dorong dan dieksploitasi.

[20] Selesai

HATI-HATI DENGAN KONFLIK CIPTAAN

Ketua Bidang Keorganisasian Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengajak kaum Muslim Indonesia berhati-hati dan waspada di dalam menyikapi munculnya berbagai peristiwa kekerasan yang belakangan ini kerap terjadi. Dan khusus mengenai aksi pembakaran gereja di Aceh Singkil dia berharap umat Islam tidak terpancing emosinya.

''Dari sudut pandang intelejen, peristiwa kekerasan yang muncul pada perayaan hari besar keagamaan jelas punya makna dan target tertentu.Tampaknya ada pihak yang ingin memancing emosi umat Islam karena peristiwa kekerasan di hari raya keagamaan oleh masyarakat awam bisa langsung diasosiasikan dengan simbol agama. Cara ini ampuh, terutama ketika ada pihak yang ingin melakukan mobilsasi massa,'' kata Munarman, Rabu (14/10)

Menurut dia, beberapa informasi dan data yang dikumpulkan dari 'pihak luar' atau asing, Indonesia di tahun 2015 memang berusaha diletupkan berbagai tindakan kekerasan. Isunya adalah dengan meledakan konflik berbasis agama, adat, dan soal kedaerahan lainnya. Dalam hal ini wilayah yang diduga akan dijadika target adalah Aceh, Papua, Kalimantan, Ambon, serta Bali.

''Lima wilayah itu akan dijadikan 'pemicu' ledakan konflik kekerasan sosial. Jadi data Mapping Global Future tahun 2015 yang saya baca itulah memang ada kesesuaian antara munculnya berbagai peristiwa yang belakangan terjadi. Ingat kasus pembakaran masjid di Tolikara Papua terjadi pada Idul Fitri. Sedangkan kasus di Aceh Singkil terjadi pada perayaan tahun baru hijrah. Saya kira tak ada yang kebetulan,'' ujarnya.

Atas munculnya peristiwa, Munarman menyatakan umat Islam waspada. Apalagi kini tampak sekali ada suasana yang ingin membenturkan posisi antar kelompok masyarakat, adat, dan agama.

Tim News FPI

Rabu, 07 Oktober 2015

FPI Segera Ajukan Class Action, Tuntut Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Korban Asap

FPI Online, Jakarta - Beberapa bulan terakhir ini, Sebagian wilayah di Indonesia dilanda dengan bencana asap yang hebat. Sebagian masyarakat di beberapa propinsi terpaksa hidup dengan menghirup udara yang tidak sehat, tercemar asap kebakaran hutan. Sekolah-sekolah diliburkan, bandara ditutup, serta aneka kegiatan lainnya terganggu.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Andra Syafril, hingga hari ini, Rabu (7/10/2015), jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat asap tercatat ada 61.017 jiwa sebagaimana dikutip dari Riau Online. Menurutnya, jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat karena asap pekat menyelimuti Provinsi Riau dan daerah sekitarnya tak kunjung hilang.

Selain itu, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat sejak Juli lalu, sudah ada 5 orang meninggal dunia. Beberapa diantaranya adalah anak kecil.

Terkait hal ini, Dewan Pimpinan Pusat FPI berencana melakukan gugatan perwakilan (Class Action) ke pemerintah, sebagaimana disampaikan juru bicara FPI, H. Munarman, SH. Gugatan akan diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

“Yang kita gugat adalah Presiden RI, Menteri kehutanan dan lingkungan hidup, serta  perusahaan-perusahan yang membakar hutan atau yang wilayah konsesinya terdapat titik api.” Terang Munarman.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Pemerintah punya tanggung jawab mutlak (strick liability) mengatasi bencana tersebut. Salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah adalah dengan menggratiskan secara total biaya pengobatan di daerah terdampak asap.

“Gratis tanpa syarat, gak perlu kartu-kartuan, gak perlu ikut BPJS atau syarat yg mempersulit lainnya.” Jelasnya.

Saat ditanya kapan akan mengajukan gugatannya, Munarman menjawab masih menunggu data-data yang dihimpun tim FPI Riau.

Sumber : http://www.fpi.or.id/2015/10/fpi-segera-ajukan-class-action-tuntut.html

Selasa, 06 Oktober 2015

Inilah Dua Jurus Menangkal Kembalinya PKI

Jakarta - Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) KH. Muhammad Al Khaththath memberikan dua jurus tips menangkal kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kedua jurus itu adalah pertama, memberikan kesadaran kepada seluruh anak bangsa bahwa secara konstitusi tidak ada tempat bagi PKI di NKRI. Kedua, sebagai mayoritas warga Negara, umat Islam perlu menyadari bahwa mereka punya pusaka sakti dari Rasulullah Saw untuk menangkal PKI, yakni ayat-ayat Alquran. 

“Karena paham komunis itu produk setan maka umat Islam harus yakin bahwa produk setan itu akan bisa diusir dan ditangkal dengan ayat-ayat Al Quran dari Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Ustaz Al Khaththath dalam acara seminar menangkal kebangkitan PKI yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Persatuan Umat Islam (PUI) DKI Jakarta, Ahad (04/10) di Masjid Al Inabah, Jakarta Selatan.

Selain Ustaz Al Khaththath, seminar yang dihadiri pimpinan DPP dan DPW PUI di Jakarta ini juga menghadirkan pakar PKI Ustaz Alfian Tanjung dan mantan Kaskostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen.

Ustaz Al Khaththath menjelaskan, kesadaran bahwa tidak ada tempat bagi PKI di NKRI ini perlu dimiliki seluruh anak bangsa agar tidak mengijinkan bangkit kembalinya PKI di NKRI.  Pertama, secara filosofis konstitusional menurut alinea keempat dan ketiga UUD 1945 negara kita berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah  Yang Maha Kuasa, maka konsep kenegaraan  NKRI  itu mengacu kepada keyakinan akan keberadaan serta kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Esa. 

"Sedangkan PKI itu menolak keberadaan apalagi kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa Tuhan Yang Maha Esa dalam mengatur Negara dan anak manusia yang menjadi warga negaranya," tandasnya.

Kedua, PKI yang sudah berkali-kali membuat pengkhianatan kepada bangsa dan Negara serta mengikuti konsep “kesetanan yang luar biasa” dengan membunuhi para ulama dan pejabat yang tidak mau ikut PKI sejak tahun 1948 hingga 1965  telah dibubarkan dan dilarang dengan terbitnya Tap MPRS No 25/1966 serta diperkuat dengan UU No 27/1999 Jo KUHP Pasal 102 a-e dan siapapun  yang berusaha menyebarkan faham komunisme/marxisme/leninisme dipidana antara 12-20 tahun penjara.

"Kesadaran tersebut perlu terus dihidupakan khususnya kepada para pejabat penegak hukum agar sensitive terhadap bahaya ideologi PKI bagi bangsa dan Negara Indonesia." ungkapnya.  

Berkaitan dengan jurus kedua, Ustaz Al Khaththath memaparkan, ayat-ayat Al Quran bila diwirid dan dipahami secara mendalam akan membangun kerkuatan spiritual dalam diri umat Islam.  Pertama, umat Islam harus berpegang teguh kepada Islam sesuai perintah Allah Swt dalam Alquran Surat Ali Imran 103.

Kedua, umat Islam harus memantapkan tauhid mereka kepada Allah Swt dengan senantiasa mewirid dan meyakini firman Allah Swt dalam Surat Al Baqarah ayat 163. "Dan juga firman-Nya yang terkenal dengan ayat Kursiy, yakni Surat Al Baqarah 255," ungkapnya.

Ketiga, umat harus bersatu dengan ideologi Islam mengikuti firman-Nya dalam Surat Al Anfal ayat 63.

Keempat, umat Islam harus senantiasa persiapkan kekuatan, baik kekuatan spiritual, kekuatan intelektual, kekuatan fisk dan mental, maupun kekuatan ekonomi dan finansial merujuk kepada perintah Allah Yang Maha Kuasa dalam Surat Al Anfal ayat 60.

Sumber : http://suara-islam.com/r/i/15731

Senin, 05 Oktober 2015

Ini Penjelasan Buya Yahya Soal Idul Ghadir dan Kenapa Umat Islam Dilarang Mengikutinya

Cirebon - Ulama kharismatik asal Cirebon, Buya Yahya angkat bicara soal perayaan Idul Ghadir yang diselenggarakan oleh kaum Syiah. Menurut Buya, perayaan tersebut bertentangan dengan akidah Ahlusunnah wal Jamaah (aswaja).

"Kalau ada orang yang katanya aswaja kok ikut perayaan Idul Ghadir maka ia langsung dicoret dari barisan aswaja. Biarpun dia orang yang pernah mengajar kita, tinggalkan. Hati-hati, karena ini masalah akidah," ujar Buya dikutip Suara Islam Online dari sebuah video ceramahnya.

Pelarangan tersebut, menurut Buya, karena ini dilakukan oleh orang-orang yang ingin menghapus kepemimpinan Saidina Abu Bakar Shiddiq. "Kalau kita aswaja itu mencintai Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah, mencintai sahabat Nabi Saw termasuk Saidina Abu Bakar. Namun menurut Syiah, mereka ini mengingkari Abu Bakar, dianggap telah merampok kekuasaan. Dan terhadap Saidina Umar pun demikian," katanya.

"Dan kalau kita lihat buku-buku pegangan yang paling dipercaya oleh mereka (Syiah) seperti kitab Alkafi, sungguh itu bukan kitab yang baik, karena mencaci maki, kerjaannya mengolok-olok. Sampai dikatakan Nabi Saw itu kemasukan pelacur-pelacur. Jadi Saidina Abu Bakar punya anak pelacur, Saidina Umar punya anak pelacur, disusupkan untuk bersama Nabi Saw. Jadi Saidah Aisyah dan Saidah Hafsoh dianggap pelacur, itu ditulis dalam kitab asas mereka," ungkap pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon itu.

Jadi, kata Buya, kalau sudah Idul Ghadir dibesarkan, akhirnya akan banyak orang yang mempercayai seolah-olah itu benar. Berikutnya meniadakan kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman, kemudian merusak dan menghapus hadits-hadits Bukhari dan Muslim, riwayat para sahabat Nabi Saw sehingga nantinya Islam akan hilang.

Jadi, lanjut Buya, Idul Ghadir itu tidak ada. Adapun sanjungan untuk Saidina Ali, kemuliaan beliau itu luar biasa, beliau itu orang yang sangat dicintai Rasulullah sampai dipilih untuk menjadi menantunya, Imam Ali salah seorang yang diberi kabar akan masuk syurga, dan dengan Imam Ali-lah Rasulullah memiliki cucu-cucu yang mulia. Beliau dekat dengan Rasulullah, sejak kecil bersama Rasulullah dan tidak pernah menemukan kekafiran artinya tidak pernah menyembah berhala.

"Akan tetapi, bukan berarti setelah itu khalifah lainnya harus kita pangkas, ini masalah akidah jangan main-main," tegas Buya.

Selain itu, Buya juga berpesan untuk berhati-hati kepada orang-orang yang mengikuti Idul Ghadir. "Ini membahayakan akidah, jangan dianggap main-main, tolong dicatat namanya siapa yang hadir, itu munafik. Jadi, kalau ada Ustaz yang ikut Idul Ghadir maka langsung besok jangan ikut lagi pengajiannya," pesannya.

Kembali ia menegaskan, masalah Idul Ghadir ketahuilah bahwa itu penyesatan dan harus hati-hati. Idul Ghadir tidak ada, yang ada itu kemuliaan Saidina Ali.

"Jadi awas hati-hati, yang mengajarkan Idul Ghadir itu nanti akan membawa kita kepada pencaci-makian terhadap orang-orang mulia yang selama ini dimuliakan oleh Rasulullah, dimuliakan para sahabat, dan dimuliakan oleh umat Nabi saw," pungkas Buya Yahya.

Minggu, 04 Oktober 2015

Akhirnya Aswaja Akan Memilih Syiah Atau Wahabi ?

Wahabi sibuk membendung syi’ah dan syi’ah juga sibuk mencari kesalahan wahabi. Umat Islam lagi -lagi menjadi pengunjung pameran menyaksiakan dua produk yang sedang di tawarkan oleh para sales. Karena keduanya ingin menjual pasti mereka akan menjelaskan keunggulan produknya dan menjelek -jelekkan produk yang lain.

Syiah mulai berani mendatangkan para ayatullah pencaci sahabat dan istri Nabi di tengah -tengan mayoritas Aswaja.
Wahabi juga tak henti -hentinya mengkafirkan dan menyalahkan Aswaja, Asy’ari dan Sufi, Rodja TV dan TV -TB wahabi misalnya dengan enteng mereka selalu mengkafirkan, membid’ahkan para salaf kita.

Lalu keduanya mendekati kita untuk menawarkan dan mendukung aqidah yang sama -sama takfiri, dan penebar benci ?
Syi’ah mengkafirkan sahabat nabi dan bahkan mengkafirkan siapapun yang menyakini bahwa para sahabat tidak kafir.
Wahabi juga lebih teliti dalam mengkafirkan siapapun yang tidak berada dalam golongannya, termasuk para ulama dan ahlulbait Rasulullah.

Nah siapa yang akan kita pilih?
Haruskan kita istikharah untuk menentukan dua hal yang sama -sama buruk?

Ketahuilah wahabi yang sekarang getol mengajak kita untuk melawan syiah mereka pula lah yang menghancurkan makam para awliya’, shalihin, masyayikh dan habaib. Mereka lah yang mengkafirkan orang bertawassul, menganggap kafir pada selain golongannya berlaku pada syiah dan jangan lupa kita pun dianggap kafir, demi Allah itu lah aqidah wahabi.

Begitu pula syi’ah yang selalu mengklaim paling cinta pada Ahlulbait adalah kebohongan, hanya untuk menarik Aswaja yang sangat cinta pada Ahlulbait, buktinya adalah mereka sangat membenci para dzurriyah yang tidak sepaham dengan mereka.
Bahkan mereka mengkafirkan siapapun yang meyakini bahwa Abu Bakar dan Umar masih bergama Islam.
Seperti ucapan ini dalam kitab syiah,”

من اعتقد ان ابابكر وعمر لهما نصيب في الاسلام فقد كفر

Kami baca kitab syiah dan wahabi alhamdulillah kami tidak berminat bergabung dengan kalian,  kami akan membentengi aqidah kami dengan cara para pendahulu kami. Kami tidak akan terlibat kepentingan politik saling menjelekkan, saling menghujat dan menyudutkan antara SAUDI & IRAN.

Ikhwani Aswaja tidak perlu ikut menyebarkan cacian wahabi terhadap syiah, pun tidak perlu mengambil Referensi syiah utk menyalahkan wahabi. Semua itu akan merugikan kita, tidak akan bermanfaat apa -apa kedekatan kita dengan dua kelompok yang berseteru mencari konsumen di negeri Ahlusunnah wal jamaah terbesar ini.

Ulama Aswaja sudah cukup tegas dan sampai pada kesimpulan cinta Ahlulbait dan Sahabat adalah harga mati. Baca kitab -kitab para ulama Aswaja seperti Imam Suyuthi, Imam Haddad dan KH Hasyim Asy’ari.

وصلى الله على سيدنا وحبيبنا محمد و على اله وصحبه وسلم

Penulis Habib Muhammad Vad’aq.

Perdebatan Ulama Besar Aswaja Syaikh Ahmad Al Ghumari Dengan 3 Ulama Wahabi

Syaikh Al Muhaddits Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi

Nama lengkap beliau adalah Syaikh Al Muhaddits Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi, beliau wafat th 1380-H. Beliau hafal lebih dari 100.000 hadits dan telah mengarang puluhan kitab -kitab takhrij, tahqiq bahkan ‘ilal wal juruh terhadap hadits -hadits namun beliau tidak gembar-gembor seperti yang lain.

Diantara kitab -kitab karangan beliau adalah :

1- المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي
2- الهداية تخريج البداية وهو تخريج لاحاديث بداية المجتهد لابن رشد
3- رفع المنار لطرق حديث “من سئل عن علم فكتمه ألم بلجام من نار
4- المسهم في بيان حال حديث طلب العلم فريضة علي كل مسلم
5- الأجوبة الصارفة لأشكال حديث الطائفة ومعه كتابه : إظهار ما كان خفيا بنكارة حديث لو كان العلم بالثريا
6- بيان تلبيس المفتري محمد زاهد الكوثري
7- إقامة الدليل على حرمة التمثيل
8- الاستعاذة والحسبلة ممن صحح حديث البسملة
9- تبيين البَلَه ممن انكر وجود حديث : ومن لغا فلا جمعة له
ﻭﺗﺮﻗﺒﻮﺍ ﻗﺮﻳﺒﺎ ﺍﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﺘﺎﻟﻴﺔ :
10- ﺍﺑﺮﺍﺯ ﺍﻟﻮﻫﻢ ﺍﻟﻤﻜﻨﻮﻥ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺧﻠﺪﻭﻥ
11- وسبل الهدى والرشاد في ابطال حديث اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا
12- وهدية الصغراء بتصحيح حديث التوسعة يوم عاشوراء
13- والافضال والمنة في رؤية النساء لله في الجنة
14- والاقناع بصحة صلاة الجمعة في المنزل خلف المذياع
15- الاستنفار لغزو التشبه بالكفار
16- الحسبة على من جوز صلاة الجمعة بلا خطبة

Al-Hafizh As Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari Al-Hasani adalah seorang ulama ahli hadits yang terakhir menyandang gelar AL-HAFIZH (Gelar tertinggi dalam bidang ilmu hadits).

Ia memiliki kisah perdebatan yang sangat menarik dengan ulama kaum Wahhabi. Dalam kitabnya: ( جؤنة العطار في طرف الفوائد ونوادر الأخبار), sebuah autobiografi yang melaporkan perjalanan hidupnya, beliau mencatat sebuah kisah sebagai berikut ;

“Pada tahun 1356 H ketika saya menunaikan ibadah haji, saya berkumpul dengan tiga orang ulama Wahhabi di rumah Syaikh Abdullah al-Shani’ di Mekkah yang beliau juga seorang ulama Wahhabi dari Najd.

Dalam pembicaraan itu, mereka menampilkan seolah-olah mereka ahli hadits, amaliahnya paling sesuai dengan hadits dan anti terhadap taklid. Tanpa terasa, pembicaraan pun masuk pada soal penetapan ketinggian tempat Allah Subhanahu wa Ta‘ala dan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai dengan ideologi Wahhabi.

Mereka menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an yang secara literal (zhahir) mengarah pada pengertian bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai keyakinan mereka. Seperti ayat ;

الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ) طه/ 5

“Ar Rahman yg bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS Thoha : 5)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى العَرْشِ ) الأعراف/ 54

“Kemudian IA bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS Al A’raf : 54)

************

Akhirnya saya (Ahmad Al-Ghumari) berkata kepada mereka:

“Apakah ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi termasuk bahagian dari al-Qur’an?”

Para Ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya.”

Saya berkata: “Apakah meyakini apa yang menjadi maksud ayat-ayat tersebut dihukumi wajib?”

Para ulama Wahhabi serentak menjawab: “Ya.”

Saya berkata: “Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ). (الحديد : ٤)

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada?!” (QS. al-Hadid : 4).

Apakah ini juga termasuk al-Qur’an?”

Para ulama Wahhabi tersebut menjawab: “Ya, tentu saja termasuk al-Qur’an.”

Saya berkata:

“Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala:

مَا يَكُوْنُ مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ وَهُوَ رَابِعُهُمْ. (المجادلة : ٧).

“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya….” (QS. al-Mujadilah : 7).

Apakah ayat ini termasuk al-Qur’an juga?”

Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya, itupun termasuk al-Qur’an.”

Saya berkata: “(Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak di langit). Lalu mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala tidak ada di langit..?!
Padahal kesemua ayat tersebut juga dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala?”

Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Imam Ahmad yang mengatakan demikian.”

Saya berkata kepada mereka: “Nah, mengapa kalian kali ini malah taklid kepada pendapat Imam Ahmad dan tidak mengikuti dalil..?!”

Tiga ulama Wahhabi itu pun terbungkam. Tak satu kalimat pun keluar dari mulut mereka. Sebenarnya saya menunggu jawaban mereka yang lain, yaitu bahwa ayat-ayat yang saya sebutkan tadi harus dita’wil, sementara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit tidak boleh dita’wil…

Seandainya mereka menjawab demikian, tentu saja saya akan bertanya lagi kepada mereka, lalu siapa yang mewajibkan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan dan melarang menta’wil ayat-ayat yang kalian sebutkan tadi…?!

Seandainya mereka pun mengklaim adanya ijma’ ulama yang mengharuskan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan tadi, tentu saja saya akan menceritakan kepada mereka informasi beberapa ulama Muhaddits besar seperti al-Hafizh Ibn Hajar tentang ijma’ ulama salaf untuk tidak menta’wil semua ayat-ayat sifat dalam al-Qur’an, bahkan yang wajib harus mengikuti pendekatan tafwidh (menyerahkan pengertiannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala).”

Demikian kisah Al-Imam Al ‘Allamah Al-Hafizh Ahmad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari dengan tiga ulama besar kaum Wahhabi pada masanya. Aku menceritakan kisah ini bukan untuk mencela siapapun, dan bukan untuk berdebat kepada siapapun, karena umurku sangat pendek dan aku tak sempat mengisinya dengan perdebatan, namun aku hanya ingin menunjukkan bahwa jangan pernah kita mengklaim bahwa kebenaran adalah hanya milik kelompok kita, dan yang lain adalah salah, hendaklah kita saling menghormati walau dalam perbedaan, Islam hanya akan menjadi indah jika kita bisa saling mengakui kelebihan dan kelemahan kita dan juga orang lain wahai saudaraku..

Nafa’ana waiyyaakum… Aamiin

(Diambil dan diolah dari berbagai sumber)

والله أعلمُ بالـصـواب